LAMPIRAN

Kamis, 06 November 2008

LAMPIRAN

Beberapa komentar karyawan PT.PLN (Persero) tentang cara kerja system yang teknologi informasi yang ada di PLN sesuai dengan bidang masing-masing pada pekerjaan mereka.

I.PADA BAGIAN DISTRIBUSI

a. soeyanto (supervisor distribusi belawan)

“mengatakan bahwa cara sisitem kerja computer yang telah dikembangkan sejak tahun 1987 ini sudah sangat maju sekali dan boleh dikatakan canggih,sesuai dengan prosedur kerja alat yang digunakan

Pada alat cpu ini misalnya sudah ditambahkan beberapa memori eksternal yang mendukung proses cepatnya pengolahan data pada bagian administrasi distribusi tegasnya.

II.bagian jaringan

Hosea dodi (kepala bagian jaringan computer belawan )

Berkata:”jaringan ini adalah suatu bagian penting dalam penyaluran aliran listrik ke semua pelosok hingga ke desa.dengan bantuan computer yang online dengan system net online computer di sini telah dirancang dengan nonstop untuk dapat memantau wilayah aliran listrik dan masalah aliran yang ada

Alat yang digunakan seperti antena

Tower

penutup

PENUTUP
Perkembangan system teknologi informasi pada saat ini sudah sangat tidak dapat dibendung lagi oleh karena itu penggunaan system teknologi informasi pada masa sekarang adalah hal yang biasa kita dengar sehari-hari.begitu juga dalam hal pekerjaan dan pengembangan system kerja yang sangat membnatu manusia dalam keseharianya dalam mengerjakan pekerjaan sehari-hari tidak lepas dari computer.Begitu juga di PT.PLN (Persero) bagian pembangkit gardu induk cabang belawan ,menggunakan system informasi yang canggih dan akurat dengan bantuan dari alat computer yang canggih dan moderen sesuai perkembangan jaman .
Pada penelitian ini kami sangat banyak dapat memperoleh banyak informasi yang bermanfaat ,dan menambah pengetahuan kita.kedepan isi laporan ini dapat bermanfaat bagi yang membutuhakn seputar teknologi computer.Akhir kata kami ucapkan terima kasih bnayak atas dukunganya.

Bab 1. Pengenalan Sistem Terdistribusi Pada PT.PLN(Persero) Wilayah II sumut

Sistem Terdistribusi
Bab 1. Pengenalan Sistem Terdistribusi Pada PT.PLN(Persero) Wilayah II sumut

1.1. Definisi Sitem Terdistribusi (system pelaksanaan teknologi informasi)
Sistem distribusi adalah sebuah sistem yang komponennya berada pada jaringan komputer. Komponen tersebut saling berkomunikasi dan melakukan koordinasi hanya dengan pengiriman pesan (message passing).
Sistem terdistribusi merupakan kebalikan dari Sistem Operasi Prosesor Jamak. Pada sistem tersebut, setiap prosesor memiliki memori lokal tersendiri. Kumpulan prosesornya saling berinteraksi melalui saluran komunikasi seperti LAN dan WAN menggunakan protokol standar seperti TCP/IP. Karena saling berkomunikasi, kumpulan prosesor tersebut mampu saling berbagi beban kerja, data, serta sumber daya lainnya.
Sistem terdistribusi dapat dikatakan sebagai suatu keberadaan beberapa komputer yang bersifat transparan dan secara normal, setiap sistem terdistribusi mengandalkan layanan yang disediakan oleh jaringan komputer.
Dalam penggunaanya sistem terdistribusi sangat diperlukan karena:

1. Performance
Sekumpulan prosesor dapat menyediakan kinerja yang lebih tinggi daripada komputer yang terpusat

2. Distribution
Banyak aplikasi yang terlibat, sehingga lebih baik jika dipisah dalam mesin yang berbeda (contoh: aplikasi perbankan, komersial)
3.
Reliability
Jika terjadi kerusakan pada salah satu mesin, tidak akan mempengaruhi kinerja system secara keseluruhan

4. Incremental Growth
Mesin baru dapat ditambahkan jika kebutuhan proses meningkat
􀂊 Sharing Data/Resource
Resource adalah:
– Segala hal yang dapat digunakan bersama dalam jaringan komputer.
– Meliputi hardware (e.g. disk, printer, scanner), juga software (berkas, basis data, obyek data).

5. Communication
Menyediakan fasilitas komunikasi antar manusia
Beberapa contoh dari sistem terdistribusi yaitu :

1. Internet, merupakan suatu bentuk jaringan global yang menghubungkan komputer denga satu sama lainnya, yang dapat berkomunikasi dengan media IP sebagai protokol.
Pengenalan Sistem Terdistribusi Hal. 1
Sistem Terdistribusi

2. Intranet

● Jaringan yang teradministrasi secara lokal
● Biasanya proprietary
● Terhubung ke internet (melalui firewall)
● Menyediakan layanan internal dan eksternal
3. Sistem terdistribusi multimedia

Biasanya digunakan pada infrastruktur internet
􀂃 Karakteristik
Sumber data yang heterogen dan memerlukan sinkronisasi secara real time
􀂃 Video, audio, text Multicast
Contoh:
- Teleteaching tools (mbone-based, etc.)
- Video-conferencing
- Video and audio on demand
4. Mobile dan sistem komputasi ubiquitous

􀂃 Sistem telepon Cellular (e.g., GSM)
Resources dishare : frekuensi radio, waktu transmisi dalam satu frekuensi, bergerak
Pengenalan Sistem Terdistribusi Hal. 2
Sistem Terdistribusi
􀂃 Komputer laptop, ubiquitous computing
􀂃 Handheld devices, PDA, etc
5. World wide web

􀂃 Arsitektur client/server tebuka yang diterapkan di atas infrastruktur internet
􀂃 Shared resources (melalui URL)
6. Contoh distribusi yang lainnya seperti
􀂃 Sistem telepon seperti ISDN, PSTN
􀂃 Manajemen jaringan seperti Administrasi sesumber jaringan
􀂃 Network File System (NFS) seperti Arsitektur untuk mengakses sistem file melalui jaringan.
1.2. Karakteristik Sistem Terdistribusi
Dalam system terdistribusi terdapat beberapa karakteristik yaitu :
1. No global clock
- Terdapat batasan pada ketepatan proses sinkronisasi clock pada sistem terdistribusi, oleh karena asynchronous message passing
- Pada sistem terdistribusi, tidak ada satu proses tunggal yang mengetahui global state sistem saat ini (disebabkan oleh concurrency dan message passing)
Pengenalan Sistem Terdistribusi Hal. 3
Sistem Terdistribusi
2. Independent failure
- Kemungkinan adanya kegagalan proses tunggal yang tidak diketahui
- Proses tunggal mungkin tidak peduli pada kegagalan sistem keseluruhan
3. Concurrency of components
- E.g. Beberapa pemakai browser mengakses suatu halaman web secara bersamaan.
- Bagaimana jika ada operasi update?
1.3. Model Sistem Terdistribusi
Dalam pelaksanaannya sistem terdistribusi memiliki berbagai bentuk (model), yaitu :
1. Sistem client – server

Merupakan bagian dari model sistem terdistribusi yang membagi jaringan berdasarkan pemberi dan penerima jasa layanan. Pada sebuah jaringan akan didapatkan: file server, time server, directory server, printer server, dan seterusnya.
2. Sistem point to point
Merupakan bagian dari model sistem terdistribusi dimana sistem dapat sekaligus berfungsi sebagai client maupun server.
3. Sistem terkluster
Adalah gabungan dari beberapa sistem individual (komputer) yang dikumpulkan pada suatu lokasi, saling berbagi tempat penyimpanan data (storage), dan saling terhubung dalam jaringan lokal (Local Area Network). Sistem kluster memiliki persamaan dengan sistem paralel dalam hal menggabungkan beberapa CPU untuk meningkatkan kinerja komputasi. Jika salah satu mesin mengalami masalah dalam menjalankan tugas maka mesin lain dapat mengambil alih pelaksanaan tugas itu. Dengan demikian, sistem akan lebih handal dan fault tolerant dalam melakukan komputasi.
Pengenalan Sistem Terdistribusi Hal. 4
Sistem Terdistribusi
Dalam hal jaringan, sistem kluster mirip dengan sistem terdistribusi (distributed system). Bedanya, jika jaringan pada sistem terdistribusi melingkupi komputer-komputer yang lokasinya tersebar maka jaringan pada sistem kluster menghubungkan banyak komputer yang dikumpulkan dalam satu tempat.
1.4. Permasalahan Sistem Terdistribusi
Masalah dengan sistem terdistribusi yang dapat dimunculkan antara lain berkaitan dengan :
􀂃 Software - bagaimana merancang dan mengatur software dalam Distribusi Sistem
􀂃 Ketergantungan pada infrastruktur jaringan
􀂃 Kemudahan akses ke data yang di share, memunculkan masalah keamanan
Dalam setiap penggunaan suatu sistem, banyak sekali ditemui permasalahan – permasalahan yang muncul, begitu juga dengan sistem terdistribusi. Selain permasalahan – permasalahan yang akan dihadapi terdapat tantangan – tantangan dalam sistem terdistribusi.
1.5. Tantangan Sistem Terdistribusi
Tantangan yang ada dalam Sistem Terdistribusi yaitu :
1. Keheterogenan komponen (heterogenity)
2. Keterbukaan (openness)
3. Keamanan (security)
4. Scalability
5. Penanganan kegagalan (failure handling)
6. Concurrency of components
7. Transparansi
1. Keheterogenan
􀂊 Suatu sistem terdistribusi dapat dibangun dari berbagai network, operation system, hardware dan programming language yang berbeda.
􀂊 IP dapat digunakan utk mengatasi perbedaan jaringan.
􀂊 Middleware mengatasi perbedaan lainnya.
2. Keterbukaan
􀂊 Mendukung extensibility.
􀂊 Setiap komponen memiliki antarmuka (interface), yg di-publish ke komponen lain.
􀂊 Perlu integrasi berbagai komponen yg dibuat oleh programmer atau vendor yg berbeda.
3. Keamanan
􀂊 Shared resources & transmisi informasi rahasia perlu dilengkapi dengan enkripsi.
􀂊 Cegah denial of service.
Pengenalan Sistem Terdistribusi Hal. 5
Sistem Terdistribusi
4. Scalability
􀂊 Penambahan pemakai membutuhkan penambahan resource yg konstan.
􀂊 Cegah bottleneck.
􀂊 Jika perlu, gunakan replikasi.
5. Penanganan Kegagalan
􀂊 Setiap proses (komputer atau jaringan) dapat mengalami kegagalan secara independen.
􀂊 Komponen lain harus tetap berjalan dgn baik.
􀂊 E.g. failed branch in a distributed banking system.
6. Concurrency
􀂊 Multiple users with concurrent requests to a shared resources.
􀂊 Setiap resource hrs aman di lingkungan tersebut di atas.
7. Transparansi
Transparan: bagi pemakai, keberadaan beberapa komponen tampak sebagai satu sistem saja.
􀂊 Access transparency:
Local & remote resources dapat diakses dengan operasi yg sama.
􀂊 Location transparency:
– Resource dapat diakses tanpa tahu di mana lokasinya.
– Bagaimana pendapat Anda mengenai hyperlink & URL?
􀂊 Concurrency transparency:
– Beberapa proses dapat sama-sama menggunakan suatu resource tanpa saling interferensi.
– Bagaimana jika beberapa pemakai secara bersamaan akan mengubah suatu berkas?
􀂊 Replication transparency:
Pemakai maupun pemrogram aplikasi tidak perlu mengetahui adanya replikasi resource, yg dapat meningkatkan kehandalan dan unjuk kerja.
􀂊 Failure transparency:
Pemakai dan pemrogram aplikasi dapat menyelesaikan tugasnya walaupun ada kegagalan hardware atau software.
􀂊 Mobility transparency:
Resource dan klien dapat berpindah tanpa mempengaruhi operasi pemakai atau program.
􀂊 Performance transparency:
Sistem dapat dikonfigurasi ulang untuk meningkatkan unjuk kerja, sejalan dengan perubahan beban sistem.
􀂊 Scaling transparency:
Sistem dan aplikasi mudah bertambah luas tanpa perubahan struktur sistem dan algoritma aplikasi.

hardware

Ringkasan ini tidak tersedia. Harap klik di sini untuk melihat postingan.

laporan

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Teknologi Informasi dan Komunikasi dari waktu kewaktu nampaknya sudah cenderung menjadi suatu kebutuhan pada masayarakat moderen dewasa ini. Dari suatu aktivitas ke aktivitas yang lain dalam kehidupan saat ini pun setiap hari selalu dihadapkan pada kegiatan yang tidak lepas dari Informasi, teknologi dan komunikasi. Dalam bermasyarakat baik itu masyarakat social yang berciri teknologi, maupun masyarakat yang bergulat dalam industri dan perdagangan . Semua transformasi itu memuat nilai-nilai yang bersifat nilai budaya, nilai social dan bahkan dalam dunia politik dan system pertahananpun Informasi dan teknologi mempunyai peran yang sangat penting, atau bahkan dapat dikatakan sebagai yang utama. Kejar mengejar antara ide di satu sisi dan teknologi sebagai sarana ekspresi pada sisi yang lain terjadi begitu capatnya mengikuti fungsi waktu. Pembelajaran pada dunia pendidikan yang secara konsepsi pun dipacu demikian cepatnya seiring dengan kemajuan dunia teknologi dan informasi membawa implikasi pada dinamika pendidikan sendiri .

Dalam difinisi teknis TIK atau IT dijabarkan sebagai berikut:
“Information Technology (IT) the handling of information by electric and electronic (and microelectronic) means.”
Here handling includes transfer. Processing, storage and access, IT special concern being the use of hardware and software for these tasks for the benefit of individual people and society as a whole”
(Eric Deeson, Harper Collins Publishers, Dictionary of Information Technology, Glasgow,UK,1991)

Dalam pemahaman di atas kemampuan yang dikembangkan dalam penguasaan IT atau TIK lebih menekankan kepada kemampuan yang sangat mekanistik dan hanya mendefinisikan secara umum dari kebutuhan manusia didalam mengambil dan memindahkan , mengolah dan memproses informasi dalam konteks social yang menguntungkan diri sendiri dan masyarakat secara keseluruhan. Bagaimana implikasinya agar dapat menguntungkan secara individual dan masyarakat secara keseluruhan tidak didifinisikan secara lebih khusus.

Dalam definisi pendidikan pendidikan TIK telah dijabarkan sebagai berikut: “Information technology (IT) capability is characterized by an ability to use effectively IT tools an information source to analyse, process an present information, and to model, measure an control external events. This Involve :
• Using information sourcxes and IT tools to solve problems
• Using it tools and information source, sich as computer systems and software packages, to support learning in variety contexts;
• Understanding the implication of IT for working life and society.
Pupils should be given opportunities, where appropriate, to develop and apply their IT capability in their study of National Curriculum subjects.”
(Information Technology in the National Curriculum, England and Wales, 1995)

Dari penjelasan di atas nampaknya terdapat acuan kemampuan TIK yang hendak dicapai dan system nilai dalam bekerja pada kehidupan sehari-hari yang hendak dibelajarkan, seperti nilai apa yang perlu dikembangkan dalam suatu system social masyarakat berkenaan dengan kemampuan menggunakan TIK
Di Indonesia perkembangan model belajar dan system bimbingan pun dipengaruhi dengan kemajuan dunia teknologi, informasi dan komunikasi.

Permasalahannya ialah sebagaimana disebutkan di atas bagaimana proses transisi dari masyarakat agraris tradisional kemasyarakat teknologi yang mengandalkan kemampuan dalam mengendalikan dan mengelola informasi dan teknologi. Dan secara lebih khusus lagi bagaimana dunia pendidikan seharusnya dapat merespon perkembangan TIK itu secara berimbang dalam memberikan pendidikan nilai dan pendidikan substansial yang senantiasa dapat menyesuaikan dengan perkembangan dunia ilmu dan pengetahuan .

B. Tujuan
Model pembelajaran TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) dirancang guna menjawab bagaimana proses transformasi social dan budaya itu dapat berproses secara memadai dan bermartabat yaitu tanpa melupakan identitas peserta didik sebagai bagian dari budaya dan identitas bangsa.
Untuk itu model pembelajaran hendaknya memberikan bekal kepada guru dan siswa sehingga mereka dapat melaksanakan kegiatan pembelajaran TIK sesuai dengan sifat dan ciri khas mata pelajaran.

Secara umum, tujuan pembuatan model pembelajaran TIK yaitu menjabarkan isi kurikulum 2004 TIK dalam proses pembelajaran yang lebih operasional dan terukur.
Secara Khusus model pembelajaran dapat membelajarkan siswa dalam:
1. Memahami hakekat TIK
2. Menyadari penting tidaknya TIK dalam beraktifitas keseharian.
3. Mengenali berbagai macam perangkat informasi dari informasi tradisional sampai dengan transisional dan moderen.
4. Mampu memanfaatkan sarana dan prasarana TIK secara efektif dan efesian
5. Kemauan untuk senantiasa menyesuaikan “performance” nya dalam mengelola dan mengendalikan TIK (bukan dikendalikan)
6. Memberikan kemampuan menerima, mengolah, mengelola, mengendalikan dalam menjalankan kegiatan yang produktif dalam setiap mata pelajaran.

C. Hasil yang Diperoleh
Dari kegiatan ini, hasil yang diperoleh adalah
1. Beberapa model pembelajaran TIK jenjang SD, SMP, dan SMA
2. Laporan tabulasi dan analisis dari beberapa daerah hasil ujicoba
3. Laporan pelaksanaan dan temuan di daerah
4. Laporan kebijakan yang bersifat:
a. Kebijakan Umum Pendidikan Nasional
b. Kebijakan teknis

D. Ruang Lingkup
Ruang lingkup berdasarkan jenjang pendidikan, pengembangan model pembelajaran mata pelajaran TIK mencakup
1. Model pembelajaran TIK SD
2. Model pembelajaran TIK SD
3. Model pembelajaran TIK SD

Ruang lingkup berdasarkan model pembelajaran, pengembangan model pembelajaran TIK mencakup:
1. Model pembelajaran langsung
2. Model pembelajaran kooperatif
3. Model pembelajaran berdasarkan masalah

E. Manfaat
1. Mengenalkan pembelajaran TIK bagi guru-guru yang berlatar belakang non TIK.
2. Memberikan wawasan berbagai model pembelajaran dan penilaian TIK.
3. Memberi kesempatan kepada guru untuk mengembangkan model lainnya, berdasarkan model yang ada.
4. Mengembangkan kompetensi guru dalam merencanakan dan menyiapkan bahan ajar atau skenario pembelajaran TIK

BAB II
LANDASAN TEORI


A. Dasar Pemikiran
Di era Global ini bidang informasi dan telekomunikasi mengalami perubahan yang sangat besar baik berupa perangkat lunak ataupun perangkat kerasnya antara lain berupa komputer, celuler, informasi yang mudah dan cepat di akses. Perubahan teknologi juga berpengaruh pada perubahan cara hidup masyarakat dan beberapa spek kehidupan.

Pada saat yang sama kita juga memasuki era informasi. Teknologi komunikasi dan informasi yang terus berkembang dan cenderung akan terus mempengaruhi segenap kehidupan manusia. Perangkat keras komunikasi, kita lihat makin kecil dan kompak dengan kemampuannya mengumpulkan, menyimpan, mengolah, dan menyajikan informasi makin besar menembus batas-batas geografis, politis maupun kedaulatan. Sementara biaya yang diperlukan untuk memperoleh informasi cenderung makin murah dan akrab penggunannya.

Perkembangan dibidang teknologi informasi dan komunikasi yang sangat cepat ini berpengaruh juga terhadap pribadi, aktivitas, kehidupan ataupun cara berpikir. Perkembangan ini perlu juga dikenalkan pada siswa agar mereka mempunyai bekal pengetahuan dan pengalaman untuk menerapkan dan menggunakan dalam kegiatan belajar mengajar.

Kurikulum Teknologi Informasi dan Komunikasi telah menyiapkan siswa agar dapat terlibat pada perubahan yang pesat dalam dunia kerja maupun kegiatan lainnya. Dalam kurikulum tersebut, siswa diharapkan dapat menggunakan perangkat Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk mencari, mengekplorasi, menganalisis, dan saling tukar informasi secara kreatif namun bertanggung jawab.

Sehubungan dengan hal diatas, maka perlu dikembangkan model pembelajaran yang tepat agar keinginan kurikulum Teknologi Informasi dan Komunikasi dapat dicapai atau kompetensi yang didinginkan dapat dikuasai oleh siswa. Model yang akan dikembangkan perlu dikaji lebih jauh agar pembelajaran yang akan dilaksanakan di sekolah tidak mubazir, dengan kata lain dapat dengan mudah dilaksanakan oleh guru atau sekolah dan siswa dapat menguasai kompetensi yang diinginkan oleh kurikulum.

B. Pengertian
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) mencakup dua aspek, yaitu Teknologi Informasi dan Teknologi Komunikasi. Teknologi Informasi, meliputi segala hal yang berkaitan dengan proses, penggunaan sebagai alat bantu, manipulasi, dan pengelolaan informasi. Teknologi Komunikasi merupakan segala hal yang berkaitan dengan penggunaan alat bantu untuk memproses dan mentransfer data dari perangkat yang satu ke lainnya. Karena itu, Teknologi Informasi dan Teknologi Komunikasi adalah suatu padanan yang tidak terpisahkan yang mengandung pengertian luas tentang segala kegiatan yang terkait dengan pemrosesan, manipulasi, pengelolaan, dan transfer/pemindahan informasi antar media

Model dapat diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam pengembangan, sehingga model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang mengambarkan prosedure yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar Teknologi Informasi dan Komunikasi berfungsi sebagai pedoman para perancang pembelajaran dan pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan activitas belajar mengajar. Dengan demikian aktivitas belajar mengjar benar-benar merupakan kegiatan bertujuan yang tertata secara sistematis.

Model pembelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi yang akan dikembangkan adalah model yang mudah dilaksanakan oleh sekolah dan mudah diikuti oleh siswa serta disesuaikan dengan situasi dan kondisi sekolah.
Kurikulum Teknologi Informasi dan Komunikasi yang akan digunakan adalah kurikulum 2004 dengan pendekatan berbasis kompetensi. Institusi yang akan digunakan adalah Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama.

C. Pembelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi.

Pembelajaran dalam TIK, mencakup berbagai model pembelajaran, antara lain
1. Pembelajaran Langsung
Keterampilan, baik kognitif maupun fisik, dan juga informasi yang lain, merupakan landasan untuk pembangunan hasil belajar yang lebih kompleks. Sebelum siswa dapat memperoleh dan memproses sejumlah besar informasi, mereka harus menguasai strategi belajar seperti membuat catatan, merangkum isi bacaan. Sebelum siswa dapat berfikir secara kritis, mereka perlu menguasai keterampilan dasar yang berkaitan dengan logika, membuat inferensi dari data, dan mengenal ketidak objektifan dalam presentasi. Sebelum siswa dapat menulis suatu paragraf, mereka harus menguasai pengkonstruksian kalimat dasar, penggunaan kata-kata dengan benar, dan disiplin diri dalam tugas penulisan.
Salah satu perbedaan yang mencolok antara orang yang baru mempelajari sesuatu atau pemula dengan seorang pakar adalah bahwa para pakar telah benar-benar menguasai keterampilan-keterampilan dasar, sehingga mereka dapat menerapkannya dengan presisi dan tanpa difikirkan lagi, walau dalam situasi baru dan penuh dengan tekanan dan beban. Pendekatan mengajar yang dapat membantu siswa mempelajari keterampilan dasar dan memperoleh informasi yang dapat diajarkan selangkah demi selangkah. Pendekatan ini disebut Model Pengajaran Langsung (MPL). Istilah lain yang juga sering dipergunakan ialah Pengajaran Aktif (Good & Grows, 1985), Mastery Teaching (Hunter, 1982), dan Explicit Instruction (Rosenshine & Stevens, 1986)
2. Pembelajaran Kooperatif
Semua model mengajar ditandai dengan adanya struktur tugas, struktur tujuan, dan struktur penghargaan (reward). Struktur tugas mengacu kepada dua hal, yaitu pada cara pembelajaran itu diorganisasikan dan jenis kegiatan yang dilakukan oleh siswa di dalam kelas. Hal ini berlaku pada pengajaran klasikal maupun pengajaran dengan kelompok kecil, siswa diharapkan melakukan apa selama pengajaran itu, baik tuntutan akademik dan sosial terhadap siswa pada saat mereka bekerja menyelesaikan tugas-tugas belajar yang diberikan kepada mereka. Struktur tugas, berbeda sesuai dengan berbagai macam kegiatan yang terlibat di dalam pendekatan pengajaran tertentu. Sebagai misal beberapa pelajaran menghendaki siswa duduk pasif sambil menerima informasi dari ceramah guru; pelajaran lain menghendaki siswa mengerjakan LKS, dan pelajaran lain lagi menghendaki diskusi dan berdebat.

Struktur tujuan suatu pelajaran adalah jumlah saling ketergantungan yang dibutuhkan siswa pada saat mereka mengerjakan tugas mereka. Terdapat tiga macam struktur tujuan yang telah berhasil diidentifikasi. Struktur tujuan disebut individualistic jika pencapaian tujuan itu tidak memerlukan interaksi dengan orang lain dan tidak bergantung pada baik buruknya pencapaian orang lain. Siswa yakin upaya mereka sendiri untuk mencapai tujuan tidak ada hubungannya dengan upaya siswa lain dalam mencapai tujuan tersebut. Struktur tujuan kompetitif terjadi bila seorang siswa dapat mencapai suatu tujuan jika dan hanya jika siswa lain tidak mencapai tujuan tersebut. Dengan demikian setiap usaha yang dilakukan oleh suatu individu untuk mencapai tujuan merupakan saingan bagi individu lainnya. Pembelajaran kompetitif ini dapat diilustrasikan dengan dua orang yang sedang lomba tarik tambang. Keberhasilan seorang penarik tambang berarti kegagalan bagi penarik tambang lainnya.

Struktur tujuan kooperatif terjadi jika siswa dapat mencapai tujuan mereka hanya jika siswa lain dengan siapa mereka bekerja sama mencapai tujuan tersebut. Tiap-tiap individu ikut andil menyumbang pencapaian tujuan itu. Siswa yakin bahwa tujuan mereka akan tercapai jika dan hanya jika siswa lainnya juga mencapai tujuan tersebut.
Struktur penghargaan untuk berbagai macam model pembelajaran, juga bervariasi. Seperti halnya struktur tujuan yang dapat diklasifikasi menjadi individualistic, kompetitif, dan kooperatif, begitu juga halnya dengan struktur penghargaan ini. Struktur penghargaan individualistic terjadi bila suatu penghargaan itu bisa dicapai oleh siswa manapun tidak bergantung pada pencapaian individu lain.

Struktur penghargaan kompetitif terjadi bila penghargaan itu diperoleh sebagai upaya individu melalui persaingannya dengan orang lain. Pemberian nilai berdasar ranking dalam kelas merupakan contoh struktur kompetitif itu. Kebalikannya, situasi di mana upaya individu membantu individu lain mendapat penghargaan menggunakan struktur penghargaan kooperatif. Salah satu contoh struktur penghargaan kooperatif ialah pemenang suatu pertandingan olahraga beregu seperti sepakbola. Meskipun regu tersebut harus bersaing dengan regu lain, namun keberhasilan regu tidaklah akibat keberhasilan satu atau dua orang, melainkan karena keberhasilan bersama anggota regu tersebut.

Pengorganisasian pembelajaran pada pembelajaran langsung dan kebanyakan model pembelajaran lainnya, dicirikan oleh struktur tugas di mana guru bekerja terutama secara klasikal dengan seluruh kelas atau secara individual untuk menuntaskan isi akademik. Struktur tujuan dan penghargaan pada pembelajaran langsung didasarkan pada kompetisi individu dan usaha yang dilakukan oleh masing-masing siswa. Di lain pihak, pembelajaran kooperatif dicirikan oleh struktur tugas, tujuan, dan penghargaan kooperatif. Siswa yang bekerja dalam situasi pembelajaran kooperatif didorong dan atau dikehendaki untuk bekerjasama pada suatu tugas bersama, dan mereka harus mengkoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugasnya. Dalam penerapan pembelajaran kooperatif, dua atau lebih individu saling tergantung satu sama lain untuk mencapai satu penghargaan bersama. Mereka akan berbagi penghargaan tersebut seandainya mereka berhasil sebagai kelompok.

3. Pengajaran Berdasar Masalah
Pembelajaran berdasarkan masalah atau Problem Based Instruction (PBI) dan penggunaannya untuk merangsang berfikir tingkat tinggi dalam situasi berorientasi masalah, termasuk di dalamnya belajar bagaimana belajar. Model ini juga dikenal dengan nama lain seperti project-based teaching (Pembelajaran Projek), experienced based education (Pendidikan Berdasarkan Pengalaman), authentic learning (Belajar Authentic), dan anchored instruction (Pembelajaran Berakar pada Kehidupan Nyata).

Berbeda dengan pembelajaran langsung yang menekankan pada presentasi ide-ide atau demonstrasi keterampilan oleh guru, peran guru dalam model PBI adalah menyajikan masalah, mengajukan pertanyaan, dan memfasilitasi penyelidikan dan dialog. Lebih penting lagi adalah bahwa guru melakukan scaffolding-suatu kerangka dukungan yang memperkaya inkuiri dan pertumbuhan intelektual. PBI tidak dapat terjadi tanpa guru mengembangkan lingkungan kelas yang memungkinkan terjadinya pertukaran ini secara terbuka. Dalam hal ini banyak kesamaan antara PBI dengan diskusi kelas.

D. Penilaian Hasil Belajar TIK

Penilaian merupakan suatu proses pengumpulan, pelaporan, dan penggunaan informasi tentang hasil belajar siswa yang diperoleh melalui pengukuran untuk menganalisis atau menjelaskan unjuk kerja atau prestasi siswa dalam mengerjakan tugas-tugas yang terkait. Terdapat beberapa metode penilaian yang dapat diterapkan pada pembelajaran TIK, seperti penilaian kinerja, penilaian portofolio, penilaian proyek dan penilaian produk.
1. Penilaian Kinerja
“Performance Assessment” atau penilaian kinerja adalah suatu penilaian yang meminta peserta tes untuk mendemonstrasikan dan mengaplikasikan pengetahuan ke dalam berbagai macam konteks sesuai dengan kriteria yang diinginkan.

Penilaian kinerja mempunyai dua karakteristik dasar yaitu (1) peserta tes diminta untuk mendemontrasikan kemampuannya dalam mengkreasikan suatu produk atau terlibat dalam suatu aktivitas (perbuatan), misalnya menginstal periferal komputer, (2) produk dari penilaian kinerja lebih penting daripada kinerjanya. Penilai yang menentukan apakah fokus penilaian adalah aktivitas kerjanya atau hasil yang diperoleh.

Penilaian kinerja yang berkualitas memperhatikan 7 kriteria sebagai berikut:
a. Generability, artinya apakah kinerja peserta tes dapat digeneralisasi pada tugas-tugas yang lain
b. Authenticity, artinya apakah tugas yang diberikan mencerminkan kenyataan pada kehidupan sehari-hari
c. Multiple foci, artinya suatu tugas mampu mengukur beberapa kompetensi yang diharapkan.
d. Teachability, artinya tugas yang diberikan mencerminkan hasil pembelajaran di kelas.
e. Fairness, artinya tugas tidak bersifat bias dan menguntungkan atau merugikan sebagian peserta tes.
f. Feasibility, artinya tugas yang diberikan mampu untuk diselenggarakan. Misal melakukan tes penguasaan internet, harus menggunakan komputer yang memiliki akses internet.
g. Scorability, artinya dapat dilakukan penilaian yang reliabel dan akurat pada tugas tersebut.

2. Penilaian Portofolio
Penilaian Portofolio saat ini mulai banyak diperkenalkan dalam dunia pendidikan di Indonesia. Di beberapa negara maju, metode ini telah banyak digunakan baik sebagai metode penilaian di kelas, daerah, maupun nasional.
Secara umum portofolio adalah suatu kumpulan atau berkas pilihan yang dapat memberikan informasi bagi suatu penilaian. Kumpulan atau hasil kerja tersebut berisi pekerjaan siswa selama waktu tertentu yang dapat memberi informasi bagi suatu penilaian yang objektif, yang menunjukkan apa yang dapat dilakukan siswa dalam lingkungan dan suasana belajar yang alami. Hasil kerja dimaksud menjadi ukuran tentang seberapa baik tugas yang diberikan kepada siswa telah dilaksanakan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ada dalam kurikulum.

Penilaian portofolio didasarkan pada koleksi atau kumpulan pekerjaan yang diberikan guru kepada siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran. Melalui penilaian portofolio siswa dapat menunjukkan perbedaan kemampuan dalam menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru dari waktu ke waktu dan atau dibandingkan dengan hasil karya siswa lain. Dalam penilaian portofolio siswa memiliki kesempatan yang lebih banyak untuk menilai diri sendiri dari waktu ke waktu.
Secara garis besar terdapat tiga unsur penting di dalam penilaian portofolio yaitu: (1) pengumpulan (storing), (2) pemilihan (sorting), dan (3) penetapan (dating) dari suatu tugas (task)

3. Penilaian proyek
Berdasarkan objeknya, penilaian projek dapat dibedakan menjadi dua, penilaian yang berfokus pada proses kerja dan penilaian yang berfokus pada produk yang dihasilkan. Di kelas, guru mungkin menekankan penilaian projek pada prosesnya dan menggunakannya sebagai sarana untuk mengembangkan dan memonitor keterampilan siswa dalam merencanakan, menyelidiki, dan menganalisis projek, baik secara independen maupun kelompok. Sedangkan produk suatu projek dapat digunakan untuk menilai kemampuan siswa dalam mengomunikasikan temuan-temuan dengan bentuk yang tepat dan dalam hal mempresentasikan hasil melalui display visual dan laporan tertulis.

Perbedaan penilaian projek di atas lebih mudah digambarkan pada dimensi “tujuan” berikut. Biasanya, semakin besar resiko suatu situasi, penilaian akan menekankan pada produk (laporan).





Pada penilaian diagnostik, siswa dapat memilih sendiri topiknya, mencari sumber data, dan menentukan format laporannya. Berbeda dengan penilaian produk, topik telah ditetapkan, metode pengumpulan data dispesifikasikan, dan bentuk laporan juga telah ditentukan.
Dalam perencanaan penilaian projek terdapat tiga hal yang perlu dipertimbangkan:
1) Kemampuan pengelolaan
2) Relevansi
3) Keaslian

4. Penilaian hasil kerja atau hasil karya

Dalam membuat suatu hasil kerja, ada tiga tahapan yang harus dilalui siswa yaitu tahap perencanaan atau perancangan, tahap produksi, dan tahap akhir. Meskipun terdiri atas beberapa tahap yang berbeda tetapi kesemua tahap itu merupakan suatu proses yang padu.

Berhubung ketiga tahap itu merupakan proses yang padu, maka guru bisa saja melakukan penilaian tentang kemampuan siswa dalam memilih teknik kerja pada tahap produksi dan pada tahap akhir. Contoh keterampilan siswa yang dapat dinilai pada waktu proses pembuatan suatu produk.



BAB III
STRATEGI PENGEMBANGAN

Pendekatan dalam kegiatan ini bersifat studi kebijakan (action research) berbentuk pengembangan model-model pembelajaran TIK untuk jenjang SD, SMP dan SMA yang berupa naskah pedoman model layanan profesional dan berbagai model-model pembelajaran dan penilaian mata pelajaran TIK yang sesuai dan mendukung pelaksanaan kurikulum 2004. Berikut ini merupakan strategi pengembangan model layanan profesional pembelajaran dan penilaian mata pelajaran TIK

A. Semiloka (Workshop)
Kegiatan semiloka bertujuan untuk menjaring pendapat para penyaji makalah tentang pembelajaran TIK. Hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan informasi bagaimana pembelajaran TIK dilaksanakan berdasarkan pengalaman praktisi di lapangan dan juga untuk mengetahui kesulitan atau keterbatasan apa yang dialami para praktisi dalam mengimplementasikan pembelajaran TIK. Selanjutnya, dilakukan diskusi untuk memperoleh gambaran tentang arah pengembangan model pembelajaran secara umum dan yang dianggap paling tepat bagi mata pelajaran TIK, termasuk berbagai jenis model pembelajaran dengan kelebihan dan keterbatasannya masing-masing.

Kegiatan semiloka ini dilakukan dengan melibatkan berbagai fihak baik lapangan, perguruan tinggi maupun instansi terkait lainnya. Guru dilibatkan guna memberikan informasi tentang pengalamannya selama ini melaksanakan pembelajaran TIK di sekolah masing-masing. Perguruan tinggi dalam hal ini dosen di perguruan tinggi dilibatkan guna memberikan wawasan berfikir tentang model-model pembelajaran yang paling sesuai dengan mata pelajaran TIK terutama yang berhubungan dengan landasan filosofi aktivitas pembelajaran secara umum termasuk pada mata pelajaran TIK. Selain itu keterlibatan dosen dari perguruan tinggi diperlukan guna mempertajam lagi aktivitas yang bisa dilaksanakan pada pelajaran TIK. Instansi di Depdiknas yang relevan dilibatkan dalam kegiatan pengembangan model ini karena untuk kepentingan pembinaan pelaksanaan kurikulum lebih lanjut, peran direktorat terkait yakni Direktorat Pendidikan Dasar, Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama dan Direktorat Sekolah Menengah Atas


B. Pengembangan Model Pembelajaran Dan Penilaian
1. Penyusunan Desain
Penyusunan Desain ini merupakan kerangka dasar yang disusun untuk dijadikan pedoman atau acuan dalam kegiatan pengembangan model pembelajaran. Kegiatan penyusunan desain ini dilakukan dengan cara antara lain membaca sebanyak mungkin berbagai literatur baik yang berhubungan langsung maupun tidak dengan pembelajaran TIK. Dari penggalian informasi, diperoleh bahan-bahan untuk kepentingan pengembangan model-model pembelajaran.

2. Identifikasi Kebutuhan
Identifikasi kebutuhan ini dimaksudkan untuk mendata hal-hal yang dibutuhkan dalam pengembangan model pembelajaran dan penilaian TIK di sekolah, agar memberikan manfaat bagi praktisi di lapangan. Selain itu, juga membuat instrumen penelitian.

3. Penyusunan Buram 1 Model Pembelajaran Dan Penilaian
Kegiatan ini dimaksudkan untuk membuat suatu pengembangan model pembelajaran TIK. Adapun yang dilakukan adalah menyusun naskah pedoman model pembelajaran TIK dan beberapa contoh model pembelajaran yang ditujukan untuk jenjang sekolah dasar, sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas. Dalam menyusun model-model pembelajaran acuan yang digunakan adalah kurikulum 2004. Contoh model pun dibuat dengan berbagai model pengembangan pembelajaran yaitu individual, kerja kelompok, penugasan dalam bentuk proyek, kolaborasi maupun lainnya.

4. Kaji Ulang Dan Penyempurnaan Buram 1
Agar memberikan hasil model pembelajaran yang lebih baik dan dapat memberikan manfaat bagi lapangan dalam hal ini adalah sekolah, beberapa contoh model pembelajaran dan naskah pedomannya yang sudah dihasilkan dikaji ulang dan disempurnakan kembali.





C. Ujicoba Model Pembelajaran Dan Penilaian
Model pembelajaran dan penilaian yang telah disusun, diujicobakan secara terbatas ke beberapa sekolah di beberapa propinsi. Hal ini dimaksudkan sebagai representasi dari pendapat guru SD, SMP dan SMA serta pihak Dinas Pendidikan terkait pada umumnya, agar memberikan manfaat bagi lapangan. Selain itu, untuk dapat memberikan jawaban secara teliti pada setiap uraian tulisan model pembelajaran, uji coba akan dapat memberikan hasil maksimal apabila dicobakan dengan cara guru langsung menggunakan secara nyata pada kegiatan pembelajaran untuk seluruh indikator yang dikembangkan menjadi contoh kegiatan pembelajaran.

Uji coba diharapkan akan memberikan makna dan sumbangan bagi penyempurnaan buram model pembelajaran apabila dilakukan paling sedikit sebanyak dua kali uji coba. Perolehan pada uji coba buram contoh model pembelajaran selanjutnya digunakan sebagai acuan bagi penyempurnaan model pembelajaran tersebut.

D. Penyempurnaan Model Pembelajaran Dan Penilaian

1. Analisis Hasil Ujicoba (Perbaikan Tahap-1)
Data yang diperoleh dari hasil ujicoba dianalisis secara kualitatif dengan menggunakan pendekatan content analysis untuk membandingkan berbagai temuan yang memiliki karakteristik berbeda-beda dan narrative analysis untuk melihat koherensi temuan atau informasi dari tanggapan para responden yang berkaitan dengan pengembangan model pembelajar TIK di SD, SMP dan SMA. Data juga dianalisis secara kuantitatif dengan pendekatan descriptive statistically analysis untuk mendeskripsikan berbagai aspek variabel yang diperoleh dari temuan selama ujicoba. Hasil analisis data digunakan untuk memvalidasi keterbacaan model dan kesesuaian model dengan potensi dan kebutuhan sekolah.

2. Penyempurnaan Dan Finalisasi Naskah (Perbaikan Tahap-2)
Hasil analisis data ujicoba digunakan oleh tim pengembang model pembelajaran sebagai bahan masukan dan pertimbangan dalam menyempurnakan model yang telah disusun.

E. Penyusunan Laporan
Penyusunan laporan dimaksudkan untuk membuat laporan kegiatan pengembangan model pembelajaran dan penilaian secara keseluruhan.

Berikut ini jadwal pelaksanaan kegiatan pengembangan model layanan profesional pembelajaran dan penilaian mata pelajaran TIK.

No. Kegiatan Bulan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1. Workshop penyusunan perangkat pelayanan profesional
2. Penyusunan Perangkat
3. Uji coba
4. Penyempurnaan
5. Pelaporan


BAB IV
HASIL UJI COBA

A. Hasil Uji Coba Naskah TIK SD

1. Secara umum bab 1 dapat diterima dengan beberapa catatan yang diberikan oleh responden
2. Uraian pada pendahuluan dapat dipahami oleh responden, beberapa peserta menginginkan pada alenia 4 lebih diperjelas tentang manusia dilahirkan unik hal ini disebabkan dikuatirkan kata unik menjadi konotasi negatif sehingga kemungkinan perlu dihilangkan atau diganti atau diperjelas maksudnya. Hal lain kata unik tidak terakit dengan kalimat sebelumnya.
3. Uraian gambaran tentang TIK sudah dipahami oleh responden, hanya sedikit yang mengatakan agar diperjelas tetapi tidak memberikan saran yang jelas itu maksudnya apa. Hal lain responden mengatakan sebenarnya sudah sesuai dengan SDM yang ada.
4. Makna TIK dalam pembelajaran KBK sudah dipahami oleh responden sehingga tidak ada komentar atau saran yang diberikan.
5. Responden paham tentang makna TIK karena selalu mengikuti perkembangan TIK, menguasai perintah TI, memahami peran dan fungsi alat TI.
6. Istilah-istilah yang ada dalam buku naskah tidak membingungkan, hanya beberapa responden mengatakan agar diberikan bahasa asingnya atau padanan kata dibelakang kata yang masih baru. Misalnya kata unik diganti dengan karakter, kata kecepatan diperjelas dengan kecepatan berpikir.
7. Pada Bab II , istilah-istilah pada pembelajaran langsung, pembelajaran kooperatif dan pembelajaran berdasarkan masalah , kata-kata atau istilah sudah dapat dipahami, hanya ada kata inferensi agar diberikan padanan bahasa indonesianya.
8. Pada penilaiannya juga tidak ada komentar, hal ini kemungkinan sudah mengerti karena cara-cara penilainnya tidak menyulitkan guru.
9. Pada contoh model, ada beberapa jenis penilaian yang belum sepenuhnya dipahami guru
10. Topik –topik pada contoh model kurang terfokus, sehingga perlu ada perbaikan
11. Perlu ada glosarium mengenai istilah pada TIK, sehingga responden lebih memahami istilah tersebut
12. Bahan kajian pada Contoh model 2, sebaiknya disederhanakan lagi
13. Bekerja secara individual lebih banyak dipilih oleh responden, hal ini memungkinkan siswa kerja mandiri

B. Hasil Uji Coba Naskah TIK SMP

1. Secara umum bab 1 dapat diterima dengan beberapa catatan yang diberikan oleh responden
2. Uraian pada pendahuluan dapat dipahami oleh responden, beberapa peserta menginginkan maksud tentang TIK agar diperjelas.
3. Uraian gambaran tentang TIK sudah dipahami oleh responden. Hal lain responden mengatakan sudah sesuai dengan SDM yang ada.
4. Makna TIK dalam pembelajaran KBK sudah dipahami oleh responden sehingga tidak ada komentar atau saran yang diberikan.
5. Responden paham tentang makna TIK karena selalu mengikuti perkembangan TIK, menguasai dan memahami perintah serta fungsi TI.
6. Istilah-istilah yang ada dalam buku naskah tidak membingungkan, hanya beberapa responden mengatakan agar bahasa asingnya diberikan padanan katanya. Misalnya kata kecepatan diperjelas dengan kecepatan berpikir.
7. Pada Bab II , istilah-istilah pada pembelajaran langsung, pembelajaran kooperatif dan pembelajaran berdasarkan masalah , kata-kata atau istilah sudah dapat dipahami, hanya ada kata inferensi agar diberikan padanan bahasa indonesianya.
8. Pada penilaiannya juga tidak ada komentar, hal ini kemungkinan sudah mengerti karena cara-cara penilainnya tidak menyulitkan guru.
9. Contoh model 1 dapat dilaksanakan di daerah, hanya kekurangan sarana
10. Model 2 sulit dilaksanakan, sehingga perlu ada perbaikan
11. Contoh model 3 dapat dilaksanakan baik di desa maupun di kota, juga untuk berbagai mata pelajaran
12. Contoh model 4, guru harus pandai memancing kreatifitas siswa.
13. Contoh model 5 menantang kreatifitas siswa. Berbagai bentuk penilaian dapat dilakukan, terutama penilaian performance




C. Hasil Uji Coba Naskah TIK SMU
1. Secara umum naskah dapat diterima dengan beberapa catatan yang diberikan oleh responden
2. Uraian pada pendahuluan dapat dipahami oleh responden, beberapa peserta menginginkan istilah ICT/TIK agar diperjelas maksudnya.
3. Uraian gambaran tentang TIK sudah dipahami oleh responden, hanya sedikit yang menginginkan pengertian TIK ditambah, hal ini kemungkinan di SMU guru-guru sudah lebih dalam mengenal TIK
4. Makna TIK dalam pembelajaran KBK sudah dipahami oleh responden dan ada beberapa guru belum mengetahui karena sekolahnya belum ada pembelajaran TIK.
5. Istilah-istilah yang ada dalam buku naskah tidak membingungkan, karena TIK bukan hanya komputer
6. Pada Bab II , istilah-istilah pada pembelajaran langsung, sudah paham, yang masih ragu adalah istilah keterampilan kognitif dan sintak.
7. Pembelajaran kooperatif , istilah tidak ada masalah
8. Pembelajaran berdasarkan masalah , juga sudah dipahami dan tidak ada komentar
9. Pada penilaiannya juga tidak ada komentar, hal ini kemungkinan sudah mengerti karena cara-cara penilainnya tidak menyulitkan guru.
10. Model model pembelajaran dan penilaian dapat dilaksanakan di sekolah, setelah beberapa perbaikan.


BAB V
KESIMPULAN SARAN

A. Kesimpulan TIK SD
1. Naskah pembelajaran TIK dapat diterima dan dimengerti sehingga dapat disebarluaskan pada guru—guru agar pemerataan pengertian tentang TIK segera didapat.
2. Istilah-istilah dalam naskah sudah banyak yang dimengerti sehingga tidak terlalu banyak perbaikannya
3. Model pembelajaran yang ada seperti pembelajaran kooperatif, pembelajaran langsung, dan pembelajaran berdasarkan masalah sudah baik dan dapat diterima oleh guru-guru.
4. Naskah pembelajaran yang ada agar diperbanyak contohnya
5. Beberapa perbaikan agar segera dilaksanakan sebelum diperbanyak
6. Beberapa istilah yang masih kurang dimengerti akan diperbaiki atau disempurnakan
7. Beberapa form penilaian hasil ujicoba sudah dierbaiki, sehingga lebih jelas
8. Topik sudah disesuaikan dengan saran dari data lapangan
9. Beberapa model ada yang diganti, juga diperbaiki, sesuai dengan saran dan analisis data lapangan.
10. Kompetensi kerja mandiri lebih diutamakan dari kemampuan lainnya



B. Kesimpulan TIK SMP
1. Naskah pembelajaran TIK dapat diterima dan dimengerti sehingga dapat disebarluaskan pada guru
2. Istilah-istilah dalam naskah sudah banyak yang dimengerti sehingga tidak terlalu banyak perbaikannya
3. Model pembelajaran yang ada seperti pembelajaran kooperatif, pembelajaran langsung, dan pembelajaran berdasarkan masalah sudah baik dan dapat diterima oleh guru-guru.
4. Naskah pembelajaran yang ada agar diberi contoh yang banyak.
5. Beberapa perbaikan agar segera dilaksanakan sebelum diperbanyak
6. Beberapa istilah yang masih kurang dimengerti akan diperbaiki atau disempurnakan
7. Agar model 1 terlaksana secara optimal, sekolah sebaiknya proaktif untuk mengadakan sarana yang diperlukan
8. Berdasarkan analisis data, model 2 sudah diperbaiki baik dalam pembelajaran, maupun system penilaiannya
9. Model 3 lebih fleksibel, dapat digunakan di berbagai daerah dan berbagai mata pelajaran
10. Contoh model 4 memerlukan kreatifitas guru, sehingga siswa lebih termotivasi berkreasi
11. Penilaian pada contoh model 5 diutamakan pada performance

C. Kesimpulan TIK SMA
1. Naskah pembelajaran TIK untuk SMU dapat diterima oleh guru-guru.
2. Naskah sudah dapat disebarkan pada guru lain yang belum mempelajari TIK
3. Istilah-istilah dalam naskah sudah dimengerti sehingga tidak terlalu banyak perbaikannya
4. Model pembelajaran yang ada seperti pembelajaran kooperatif, pembelajaran langsung, dan pembelajaran berdasarkan masalah sudah baik dan dapat diterima oleh guru-guru.
5. Perlu ada perbaikan seperti yang disarankan guru, perbaikan agar segera dilaksanakan sebelum diperbanyak
6. Beberapa istilah yang awalnya masih kurang dimengerti sudah diperbaiki atau disempurnakan
7. Contoh Model 1 dan 2 SMA sudah dapat dilaksanakan di sekolah, namun ada beberapa perbaikan terutama pada penilaiannya
8. Model 3 dapat dilaksanakan dilaksanakan di sekolah, hanya organisasi kelas dilakukan secara individual. Penilaian yang cocok yaitu pemahaman dan performance
9. Organisasi kelas pada model 4 lebih tepat individual, sekali-kali dibuat kelompok.
9. Metoda pada model 5 dapat dikembangkan lebih lanjut, bentuk penilaiannya pemahaman dan performance




D. Saran SD

1. Naskah TIK sudah dapat disebarluaskan untuk memberi pengertian tentang TIK bagi guru-guru yang yang mengajarkan TIK
2. Model pembelajaran perlu ditambah lagi agar guru dapat memilih model pembelajaran yang mana yang akan dilaksanakannya
3. Dari setiap kelas sebaiknya dibuatkan contoh pembelajarannya
4. Perlu ujicoba yang diperluas
5. Perlu adanya sekolah uji coba untuk pembelajaran TIK.
6. Beberapa model dapat dilaksanakan di sekolah setelah beberapa perbaikan.

E. Saran SMP
1. Naskah TIK sudah dapat disebarluaskan setelah diperbaiki
2. Model pembelajaran perlu ditambah lagi agar guru dapat memilih model pembelajaran yang sesuai dengan kondisi sekolahnya
3. Dari setiap kelas sebaiknya dibuatkan contoh pembelajarannya
4. Ujicoba agar diperluas
5. Perlu adanya sekolah uji coba untuk pembelajaran TIK.
6. Contoh-contoh model sudah cukup jelas, hanya bentuk penilainnya perlu dikembangkan di lapangan.


F. Saran SMA

1. Naskah TIK sudah dapat disebarluaskan untuk memberi pengertian tentang TIK bagi guru-guru
2. Model pembelajaran perlu ditambah lagi agar guru dapat memilih model pembelajaran yang mana yang akan dilaksanakannya
3. Dari setiap kelas sebaiknya dibuatkan contoh pembelajarannya
4. Perlu ujicoba yang diperluas
5. Perlu adanya sekolah uji coba untuk pembelajaran TIK.
6. Contoh model sebaiknya dikembangkan, terutama pada pengalaman pembelajarannya, sehingga lebih jelas bagi pengguna

tif-203

security

Pengamanan Sistem jaringan computer jaringan distribusi di gardu induk belawan

Dalam beberapa tahun terakhir ini computer jaringan mulai mendapat perhatian besar di Indonesia. Bahkan sudah ada beberapa implementasi dari Pemerintah. Namun masih ada kendala dalampengembangan system tersebut pada perusahaan dan masyarakat tang usil yang suka membobol system keamanan di PLN cabang belawan ini yaitu adanya masalah keamanan (security).
Masalah utama yang dihadapi adalah belum adanya pemahaman (awareness) akan masalah keamanan. Memang dapat dimengerti bahwa penerapan system sekuritas yang berlebihan dianggap rancu oleh sebahagian masyarakat di Indonesia ini masih pada tahap awal sehingga fokus utamanya bukan pada masalah keamanan akan tetapi pada adanya dahulu. Tanpa penerapan sistem pengamanan pada sistem e-government, masalah akan timbul di kemudian hari.
Aspek Keamanan
Secara teori ada beberapa aspek keamanan, yaitu:
• Confidentiality (kerahasiaaan) & privacy
• Integrity (integritas)
• Availability (ketersediaan)
Ketiga aspek tersebut sering disingkat dengan istilah “CIA”, yaitu diambil dari huruf depan dari masing-masing aspek tersebut. Sistem pengamanan bertujuan untuk memberikan layanan terhadap aspek-aspek tersebut. Prioritas dari aspek tersebut dapat berbeda dari satu sistem ke sistem lainnya. Untuk sistem keamanan pada jaringan ini , prioritasnya adalah (1) integritas, (2) kerahasiaan, (3) ketersediaan..
Integritas Data
Aspek integrity (integritas) terkait dengan keutuhan data. Aspek ini menjamin bahwa data tidak boleh diubah (tampered, altered, modifed) tanpa ijin dari yang berhak. Acaman terhadap aspek integritas dilakukan dengan melalui penerobosan akses, pemalsuan (spoofing), virus yang mengubah atau menghapus data, dan man in the middle attack (yaitu penyerangan dengan memasukkan diri di tengah-tengah pengiriman data). Proteksi terhadap serangan ini dapat dilakukan dengan menggunakan digital signature, digital certificate, message authentication code, hash function, dan checksum. Pada prinsipnya mekanisme proteksi tersebut membuat kode sehingga perubahan satu bit pun akan mengubah kode.
Contoh permasalahan integritas dapat dilihat pada sistem perhitungan pemilihan umum tahun 2004 kemarin, dimana pada awal proses perhitungan masih terdapat data uji coba. Hal ini menimbulkan keraguan atas integritas dari data yang berada di dalamnya. Perhatikan gambar di bawah ini, khususnya pada entri untuk Bengkulu dimana (hampir) semua kolom berisi angka
Sistem e-government harus dapat menjamin bahwa data yang dimilikinya hanya boleh diubah oleh orang yang berhak. Masalah utama yang dihadapi di lapangan adalah ketidak-jelasan siapa yang berhak mengubah (memperbaharui, merevisi) data. Sistem e-government yang ada saat ini umumnya belum memiliki dokumen kebijakan yang terkait dengan masalah keamanan (security policy).
Permasalahan lain yang terkait dengan integritas data adalah masalah kualitas data. Sudah menjadi rahasia umum bahwa kualitas data yang ada pada sistem e-government di Indonesia ini sangat diragukan. Data bukan yang terbaru dan tidak akurat. Jika data yang masuk memiliki kualitas “sampah” maka data yang keluar dari proses sistem ini juga akan memiliki kualitas “sampah”, sesuai dengan peribahasa “garbage in, garbage out”.
Kualitas dan keakuratan data menjadi sangat penting ketika ada beberapa sistem yang harus saling bertukar data, misalnya sistem e-government dari satu propinsi dengan propinsi lainnya. Kemungkinan besar akan terjadi ketidak-cocokan antar sistem dikarenakan data yang berbeda. Data siapa yang paling benar?
Masalah kualitas data ini sangat pelik di Indonesia karena kultur kita yang kurang menghargai data dan dokumentasi. Perlu waktu dan ketekunan untuk mengubah kultur ini.
Untuk meningkatkan integritas dan kualitas data, perlu dilakukan sebuah upaya untuk melakukan verifikasi secara berkala. Di Australia ada sebuah inisiatif untuk melakukan “national document verification system”. Tujuan mereka memang sedikit berbeda, yaitu untuk menghindari pencurian identitas (identity theft) dalam welfare fraud. Ditakutkan seorang yang jahat mengambil identitas orang lain untuk mendapatkan dana sosial.
Kerahasiaan Data
Confidentiality & privacy terkait dengan kerahasiaan data atau informasi. Pada sistem e-government kerahasiaan data-data pribadi (privacy) sangat penting. Hal ini kurang mendapat perhatian di sistem e-government yang sudah ada.
Bayangkan jika data pribadi anda, misalnya data KTP atau kartu keluarga, dapat diakses secara online. Maka setiap orang dapat melihat tempat dan tanggal lahir anda, alamat anda, dan data lainnya. Data ini dapat digunakan untuk melakukan penipuan dan pembobolan dengan mengaku-aku sebagai anda (atau keluarga anda).
Bayangkan pula jika data SAMSAT, pajak, dan sistem e-government lainnya bocor. Dapat dibayangkan betapa besar potensi kejahatan yang dapat dilakukan dengan menggunakan data ini.
Masalah kerahasiaan data ini menjadi fokus perhatian di dunia.
Canada’s auditor general Shiela Fraser has released a report warning that “significant weaknesses” in government computer system puts citizens’ personal information at risk to identity theft, potentially eroding public confidence in government. (IEEE Security & Privacy, vol. 3, no. 2, March/April 2005)
Ancaman atau serangan terhadap kerahasiaan data ini dapat dilakukan dengan menggunakan penerobosan akses, penyadapan data (sniffer, key logger), social engineering (yaitu dengan menipu), dan melalui kebijakan yang tidak jelas (tidak ada).
Untuk itu kerahasiaan data ini perlu mendapat perhatian yang besar dalam implementasi sistem e-government di Indonesia. Proteksi terhadap data ini dapat dilakukan dengan menggunakan firewall (untuk membatasi akses), segmentasi jaringan (juga untuk membatasi akses), enkripsi (untuk menyandikan data sehingga tidak mudah disadap), serta kebijakan yang jelas mengenai kerahasiaan data tersebut.
Pengujian terhadap kerahasian data ini biasanya dilakukan secara berkala dengan berbagai metoda. Salah satu contohnya adalah dengan melakukan penetration testing.
Ketersediaan Data
Suatu sistem e-government menjadi tidak manfaat manakala dia tidak tersedia ketika dibutuhkan. Hal ini lebih penting lagi ketika kita sudah mengandalkan sistem e-government.
Ketidak-tersediaan data dapat terjadi karena serangan yang dilakukan oleh manusia (dengan serangan yang disebut Denial of Service – DoS attack), atau dapat terjadi karena bencana alam. Berita dari Denver Post (Amerika) berikut merupakan sebuah contoh terhentinya layanan SIM karena sistem mereka terkena serangan virus.
License issuance still idled
By Robert Barba , Denver Post Staff Writer
Friday, September 24, 2004, Denver, CO

State driver's licenses and identification cards won't be issued again today, inconveniencing thousands of Coloradans for a second straight day. An unidentified computer virus forced the Colorado Department of Revenue to close the system at 2:30 p.m. Friday, and it hasn't been up since, said Diane Reimer, a spokeswoman for the department's Motor Vehicle Business Group.
"Somebody felt there wasn't something quite right," she said. "We want to make sure that we are doing everything that we should be doing to keep it secure.“ No personal data is believed to have been lost, Reimer said. A team of staffers has been working since Friday to fix the problem. Reimer said she was optimistic that license and ID card issuance would resume Wednesday.
Customers have been sympathetic, she said.
"People understand that we are living in a computer world," Reimer said. The problem could affect more than 10,000 Coloradans if it persists through today. The virus has not affected other government agencies, and written and driving tests are still being administered, Reimer said.
Contoh lain dari hilangnya aspek availability adalah serangan terhadap World Trade Center (9-11). Banyak perusahaan yang beranggapan bahwa gedung WTC termasuk yang aman di dunia ini sehingga mereka lalai untuk membuat backup di tempat lain. Ketika gedung tersebut hancur, maka hancur juga bisnis yang bermarkas di gedung tersebut. Seharusnya mereka membuat backup data di tempat lain.
Di Indonesia sendiri tragedi tsunami yang menghantam Aceh dapat menjadi contoh betapa pentingnya ketersediaan data. Data dari kantor pemerintahan di sana, termasuk juga data dari berbagai perusahaan, hilang disapu badai tsunami. Data kepemilikan tanah, sertifikat tanah, surat-surat penting yang digadaikan, bahkan data perbankan hilang. Bagaimana membuktikan hal ini semua? Akan timbul banyak masalah di kemudian hari. Untuk itu, di kemudian hari harus ada peraturan yang mengharuskan adanya backup data secara elektronik yang diletakkan di tempat lain.
Untuk menghadapi masalah yang dapat timbul karena ketidak-tersediaan layanan atau data perlu dilakukan kajian terhadap kepentingan dari sistem. Hal ini dilakukan dengan membuat Risk Analysis dan Business Impact Analysis. Biasanya ini menjadi bagian dari proses Business Continuity Management (BCM). Sayangnya hal ini hanya mendapat perhatian dari lingkungan bisnis dan belum mendapat perhatian dari sistem e-government. Mungkin ini disebabkan belum adanya ketergantungan kita kepada sistem e-government. Manakala kita sudah mulai bergantung kepada sistem e-government, maka kegiatan BCM ini harus juga dilakukan.